Rabu, 04 Juni 2008

satujuniduaribudlapan

Sebelum lupa, aku ingin menulis kejadian yang kualami hari ini. Sore tadi, kira-kira satu setengah jam yang lalu, aku duduk bersama mama di J.Co, di salah satu mall di kotaku. Tempat duduk yang kupilih bersama mama berada tepat di samping jendela yang memperlihatkan deret-deret mobil yang terparkir rapi. Saat itu aku sedang memandangi keadaan di luar yang kurasa amat sedih dan suram. Langit begitu mendung, dan memang saat itu malam hampir tiba. Seperti ada yang mengatur, pandanganku jatuh pada seorang pria yang sedikit lebih tua dariku, namun ia terlalu muda disebut sebagai kakak dan tidak pantas juga disebut om-om. Yah, umur nanggung lah. Pria itu mengenakan polo-shirt hitam dipadu dengan jeans, dan kejadiannya pun dimulai di sini.

Pria itu berjalan menuju arah deretan mobil. Di tangannya terlihat cukup banyak belanjaan. Seperti bila kau melihat di sinetron atau film2, seorang pria yang membawakan belanjaan pacarnya yang mata duitan atau lelakinya yang terlalu royal menjakan kekasihnya. Ya, cukup banyak bukan? Apalagi sepertinya tas-tas itu bermerk. Tapi ini lain, dia sendirian. Maka terlintaslah di benakku prasangka jahil yang bukan-bukan. ”Wah, cwo metroseksual yang hobi belanja. Suka menghabiskan uang, melewati hari minggu dengan belanja2 gak jelas.” Lalu mulai kupikirkan apa saja yang dia beli (tak terlalu penting untuk kuceritakan). Pria itu masih berjalan dengan santai, tas belanjaan yang banyak itu masih tertenteng di tangannya, ia menekan tombol di kunci mobilnya dan mendekati sebuah (aku tak tahu merk mobil itu) mobil berwarna abu gelap dan ia mencoba membuka pintu belakang. Dan OH ia sedikit terperanjat, pintu itu tak bisa terbuka, sepertinya ia menyadari sesuatu dan itu adalah kenyataan bahwa ia SALAH MOBIL

”Hmmphh...” mataku langsung membelalak kaget melihat kejadian itu. ”Ya ampun,” gumamku. Dan tanpa kuduga, tepat saat tawaku hampir meledak, IA BERBALIK, dan parahnya IA BERBALIK KE ARAHKU. Kurasa itu respon dari rasa paniknya. Berbalik sambil nyengir lebar pura-pura malu, ah mungkin tepatnya untuk menyamarkan rasa malunya. Sialnya pandangan kami bertuburukan. Melihatku yang hampir tertawa dan sudah menutup sebagian mulutku yang menganga, ia sadar aku telah menyaksikan aib kecilnya. Dan taukah kau, tawanya semakin lebar. Ia langsung berbalik, kurasa ia malu sekali. Aku juga langsung memalingkan pandangan berpura2 tak melihat apa-apa, walaupun kutahu itu sia-sia. Ternyata mama yang duduk di depanku juga melihat hal yang sama, dan akhirnya kami terpingkal bersama-sama.

Belum selesai sampai di situ, mama tiba-tiba berkata, ”Oh, ternyata itu tuh mobilnya, emang mirip.” Aku berbalik ingin tahu, dan terlihatlah di sana ia membuka bagasi sebuah mobil bertipe sama dengan warna yang sama pula. Pria itu memasukkan barang-barangnya. Juga tepat saat itu, ia melihat lagi ke arahku. Ia nyengir kuda. Lebar sekali, memperlihatkan deretan giginya. Aku langsung berbalik. Malu kepergok memperhatikannya. Aku tertawa lagi lalu meneguk hot caramel-ku. Sejurus kemudian, lagi-lagi mama ngomong, ”Tuh, tuh dia orangnya, tuh!” Karena kata tuh, aku pikir orang itu berada dekat mobilnya yang cukup jauh dari kami. Jadi aku berbalik dengan santai sambil bersiap tertawa lagi, dan ternyata...orang itu persis berada di seberang jendela tepat di belakangku. YA AMPUN!!! Aku jadi tak enak. Orang itu masih dengan wajah sumbringah nyengir bagai kuda ingin memamerkan gigi. Tak tampak sedikit pun malu tergurat di wajahnya. Sepertinya ia menikmati kejadian memalukan tadi. Oh, ternyata virus Raditya Dika sudah menyebar ke mana-mana, (maaf,, perumpaan yg paling tepat cuma Anda yang gilanya tak terkalahka). Aku berbalik lagi. Kali ini lebih cepat dan lebih salah tingkah. Aku kepergok dua kali. Aku malu... Huh, harusnya kan dia yang malu, kenapa jadi berbalik ke arahku?! Setelah itu aku kembali terbahak-bahak bersama mama.

Belum, belum selesai! Beberapa menit berlalu. Lagi-lagi mama, ”Itu tuh orangnya, ya?” Bodohnya aku berbalik lagi, dan YA, orang itu sepertinya memang ingin melihatku. Ia memandangku sambil NYENGIR lagi. Tak kalah lebar dari tiga kali sebelumnya. YA AMPUN! Aku salah lagi, maafkan aku... Mengapa aku langsung berbalik lagi ketika ia melihatku? Karena pertama, aku malu, ini yang ketiga kalinya! Dan yang kedua, aku takut ia tersinggung karena seperti dilihati terus olehku. Ah, pokomya maafkan aku...!!!
Lalu aku bertanya pada mama, tidak mau melihat sendiri, takut ia masih memandangiku, ”Sama cewek ya, Mah?” Mamah mengangguk enteng, ”Iya.” Pikiranku langsung melayang lagi membayangkan adegan sinetron tadi. ”Tapi ibunya,” lanjut mama. ”Ooooh...” aku langsung ber-ooh panjang. Aku berbalik ingin melihatnya. Seorang ibu berjilbab dan seorang wanita berjalan bersamanya. Kupikir mungkin adik perempuannya, pacarnya, calon istrinya atau mungkin istrinya. Ah, tak penting! Dan untung, ia tidak berbalik lagi ke arahku. Aku lega dan memandangnya sampai hilang di antara orang-orang.

Sungguh kejadian sore yang menyenangkan. Jarang aku mendapati kejadian seperti ini. Bila membaca komik-komik jepang, hal-hal khayalan yang lucu dan manis bisa saja langsung terjadi dan sangat enteng diceritakan. Akhirnya kali ini aku mengalaminya sendiri. Namun biasanya di komik-komik itu akan ada pertemuan berikutnya dan terjalinlah sebuah cerita. Apakah akan ada pertemuan berikutnya antara aku dan si pria salah mobil itu? Apakah sesuatu akan terjadi dan membentuk sebuah cerita? Ah, aku tak tahu.

Untuk orang yang tadi sore bertemu denganku, salam kenal.

0 komentar: