Minggu, 29 Juni 2008

matahari, bintang, lampu, juga aku dan kakak

lelah memikirkan matahari
aku ingin beralih pada bintang saja
tapi tak tau juga bintang yang mana
entah aku bisa beralih atau tidak
apakah akan ada sesuatu yang bisa
menerangiku seperti matahari?

aku lalu bercerita pada seorang kakak
ia berkata
memang lelah jika kita selalu memikirkan
seorang matahari, sementara
matahari tak pernah memikirkan kita
dia hanya membuat kita kagum dan
menerangi kita di siang hari
dan ketika telah tiba waktunya
ia akan meniggalkan kita menerangi yang lain
sementara kita,
hanya tinggal sendiri dalam kegelapan malam

mungkin nanti aku akan bertemu bintang
masih banyak bintang yang jauh lebih terang
daripada matahari
hanya saja letak mereka lebih jauh
berarti nanti,
aku akan menemukan bintangku
hanya saja dalam waktu yang jauh lebih lama
seperti jarak bintang-bintang itu dariku

lalu sekarang,
aku dihadapkan pada sebuah lampu
mungkin sudah sedikit usang
karena sakit ditinggalkan
sejenak aku berpikir,
mungkin sebuah lampu lebih baik
dibanding matahari
yang harus menerangi seluruh bumi
karena ia hanya akan menerangi
ruangan hatiku saja
ya, milikku saja
tidak untuk yang lain

bgaimana jika mati listrik,
lalu lampu itu tak bisa menyala lagi
apakah aku harus jadi arus
yang mengalir pada lampu itu
agar hidup kembali?

namun seorang kakak berpesan padaku
jangan mengejar lampu untuk menerangimu
karena sebenarnya engkaulah yang terang
engkau jugalah bintang yang sebenarnya
yang akan memberikan sedikit cahaya
pada lampu itu saat ia mati listrik
sinari saja dia,
dan dia yang akan mengejarmu
karena cahayamu

ingin sekali aku berkata pada kakak
benarkah aku ini bintang
yang bisa membagi sedikit cahaya
ataukah hanya sebuah ruang gelap,
yang memang harus mencari sinar kemana-mana?

Rabu, 25 Juni 2008

puisi untuk sahabat

untuk seorang sahabat yang bukan sahabatku di pulau seberang

Jika kau bisa melihat laut di sana
Maka setiap debur ombak
yang menyentuh jemari kakimu
akan mengantarkan rinduku

Jika kau bersua dengan pantai di kotamu
Maka setiap butir pasir
Yang dijejak oleh langkahmu
Akan menceritakanmu kabarku

Jika kau memandang langit malam
Dan berjumpa dengan bulan
Maka di sini, di teras rumah anakku
Aku pun melihat hal yang sama

Memang benar,
Ada laut yang memisah kita
Ada pantai memberi jarak pada kita
Bahkan mungkin ada tebing menjadi penghalang kita

Tapi pernahkah kau mendengar
Bahwa bumi itu bulat?

Ya, karena itu
Jika kau berdiri di tepi memandang laut
Aku ada di seberang
juga memandang laut yang sama
Jika kau menjejak pasir pantaimu
Di suatu tempat, aku
juga bertapak pada pasir pantaiku
yang sebenarnya sama saja
Bahkan jika kau menyentuh sisi tebing dari sana
Aku ada di baliknya
Dan kau pun tau, kita
Menyaksikan langit malam yang sama
Juga bulan yang sama

Dan sebenarnya kita tak pernah jauh
Karena selalu ada sepaket rindu untukmu
Dan sepotong puisi sebagai pengantarnya

Senin, 23 Juni 2008

hanya aku ingin

aku ingin ke pantai
aku ingin ke gunung
aku ingin ke pedesaan
aku ingin ke bukit
aku ingin keluar dari kota ini
dan dari segala rutinitasku

aku ingin mengusap kuas pada kanvas
aku ingin menyulap tepung dan gula jadi pai yang enak
aku ingin berpuisi dengan indah
aku ingin pandai bermain musik
aku ingin bisa bebas menari
aku ingin berani memasuki net,book, n coffee sendiri
dan aku ingin bersandar di pundak yang hangat

aku ingin itu semua
tapi hanya terbatas pada ucap 'aku ingin'
aku ingin, aku ingin, aku ingin
tapi adakah yang peduli pada keinginanku ini?

Sabtu, 21 Juni 2008

untuk kakaknya nila

kalau kakak sudah berkunjung tinggalkan pesan yaa...
hmm..posting yang nila critain ada di arsip bulan mei, tinggal klik aja, hhee...

surat terakhir

semoga ini bisa menjadi surat terakhir
karena aku sudah sangat-sangat lelah menulis tentangnya
ah, lagi-lagi aku memutar-balikkan fakta
yang benar adalah
aku sudah sangat lelah menulis tentang diriku
yang selau dirajam rasa sakit karena ditinggalkannya
malam terakhir kemarin
sebuah jabatan tangan dan sedikit rangkulan
kurasa benar-benar menjadi akhir kisah kami
masih ada kehangatan yang kurasakan disana
dia masih orang yang sama
dia masih menjadi matahari kecil yang menyinari sisi batin hatiku
matahari yang paling kubenci
sekaligus yang paling kusukai

Rabu, 18 Juni 2008

perpisahan lagi

dari balik kaca jendela taksi yang kutumpangi
kulihat bulan penuh kemarin
membentuk halo yang sangat cantik
tapi anehnya tak menghadirkan kesenangan di hati
mungkin karena hari ini
mungkin karena acara ini
mungkin karena perpisahan ini

aku sudah pernah bilang
lapisan sekolah memang ada tiga
ada adik, ada kami dan ada kakak
sebentar lagi ada yang baru jadi adik
adik jadi kami
kami jadi kakak
lalu kakak akan jadi apa?
dan aku juga sudah pernah bilang
kakak tetaplah kakak
yang selalu ada di hati kami

terukirnya bayangan kakak di cermin hati
akan membekas jadi kenangan
akan tinggalkan rindu yang dalam
aku tak sanggup menanggungnya
terlalu banyak
terlalu berat
biar bulan saja yang membawanya
sehingga jika aku melihatnya lagi
akan teringat jelas
hari ini
acara ini
juga perpisahan ini

Senin, 16 Juni 2008

aku lupa judulnya

Ada sebuah rasa
Yang sebenarnya sudah kukenal
Menyusup lagi pelan-pelan
Bermekaran lagi di taman
Aku sampai lupa ini disebut apa

Padahal rasa ini juga
Yang suatu saat nanti
akan membuatku jatuh dan menangis lagi
Tapi mengapa
sepertinya aku tak pernah jera untuk...
Ah, aku sampai lupa namanya apa

saat itu ia datang
berkata sedang meratapi kesendiriannya
lalu aku bertanya apa maksudnya
sekali lagi ia hanya menekankan tentang kesendiriannya
aku lalu berkata menenangkan,
suatu saat nanti
kesendirian itu akan ditiup angin sampai jauh
dan akan berganti dengan sebuah kebersamaan
ia kemudian bertanya lagi
bagaimana jika kebersamaan itu tak akan datang
aku hanya bisa menjawab
manusia masih punya Allah
yang seharusnya dijadikan kekasih hati
maka dengan begitu, kita
akan merasakan bilangan cinta-Nya
yang sungguh tak terkira
sehingga tak akan diizinkan, bahkan setitik pun
rasa kesepian yang bisa meraja berjajah

mungkin saat itulah
rasa itu diam-diam menguat di sela-sela hati
rasa yang sebenarnya aku lupa titahnya

Sabtu, 14 Juni 2008

kanak-kanak itu seperti kami

kemarin siang
di depan sebuah sekolah dasar
di atas angkutan umum kota
kulihat dua kanak-kanak
laki-laki dan perempuan
sepertinya mereka adik dan kakak

ada perasaan aneh yang halus
menyisir sekaligus menelusup
membuka lembaran hati masa lalu
kanak-kanak itu seperti aku dan kakakku

aku jadi membayangkan
seperti itukah tampak kami dulu
dua orang bersaudara
di mana ada yang satu
di situ pasti ada yang lainnya
pergi sekolah bersama
pulang juga bersama
bahkan saat kecil pakaian pun disamakan
usia yang hanya terpaut setahun
ternyata membuat kami sangat dekat

ah, aku jadi memikirkan
dua karakter yang berbeda
ternyata telah tumbuh bersama
dari kanak-kanak seperti tadi
sampai besar seperti ini

dia,
genggaman tangan yang dulu kecil
kini sudah pandai memetik gitar
pula menggandeng kekasih
aku,
yang dulu hanya bisa menangis
kini sudah berani melangkah
pula pandai bermain puisi
aku dan dia,
benar-benar sudah tumbuh ternyata
akan segera mengecam pendidikan tinggi
akan lebih besar lagi dari saat ini

semoga di saat itu
kami masih seperti kanak-kanak tadi
di mana ada yang satu
di situ ada yang lain

Rabu, 11 Juni 2008

mengapa harus fisika?!

sampai terkantuk aku menimba
kupikir ilmu di ember otakku sudah cukup
rumus-rumus menari riang di kepalaku
teori-teori bermain petak umpet di taman hafalanku
Fisika terasa dalam genggamanku

dengan senyum mengembang
dan semangat yang kuat
kujajahi lembar soalku
kubaca no.1...
"nanti saja" kataku
lalu ke no.2
"duh, bagaimana caranya?"
kucoba no.3
"oh, yang ini aku tau"
no.4
"..." (diam)
no.5
"......" (diam lagi)

... (mulai gelisah)

... (keringat dingin)

... (celingak-celinguk kiri kanan)

no.40
".....................!!!!!" (panik)

rasanya seluruh wajahku pucat
yang kudapat tadi malam seolah tak bersisa
aku lesu, lemah...
untung saja tak jatuh pingsan

ah, kejam nian dunia
mengapa harus fisika?
mengapa?

Jumat, 06 Juni 2008

sleepy

bila jiwa rasanya sudah terbang setengah

dan mulai lemas di sudut sendi terperangah

pundak berat memikul beban

punggung rapuh seakan jatuh

bius merayu dari ranjang

sejuk menyihir dari bantal

kelopak mata akan berguguran

itu tandanya bahwa...

engkau dilanda kantuk yang dahsyat

hha,, bilang aja pengen tidur, sok berpuisi segala,, slamat tidur
jangan mimpikan saya!
soalnya nanti mimpinya buruk, hha!!!

Rabu, 04 Juni 2008

kuintip dunia lewat jendela

dari balik kaca jendela yang gelap
aku bisa mengintip pada dunia
lalu ternyata dunia terbagi dua
yang satu dunia gemerlapan
diterangi kelap-kelip lampu
dipikuk oleh hiruk
dan tertawa dengan harta
dimana orang hidup sendiri
padahal dunia itu sama sekali tak sepi

yang satu lagi dunia begitu kelam
di mana derita terlalu sering menyapa
ditemani sesuap nasi dibagi sekeluarga
diatapi tumpukan seng yang berlubang,
kadang datang sebulir-dua bulir air mata
bertandang memaksa tumpah ruah

kuintip dunia dari balik kaca jendela yang gelap
bertumpu di tralis memikirkan nasib bangsa
apakah dunia selalu akan terabgi dua?
aku pusing memikirkannya

satujuniduaribudlapan

Sebelum lupa, aku ingin menulis kejadian yang kualami hari ini. Sore tadi, kira-kira satu setengah jam yang lalu, aku duduk bersama mama di J.Co, di salah satu mall di kotaku. Tempat duduk yang kupilih bersama mama berada tepat di samping jendela yang memperlihatkan deret-deret mobil yang terparkir rapi. Saat itu aku sedang memandangi keadaan di luar yang kurasa amat sedih dan suram. Langit begitu mendung, dan memang saat itu malam hampir tiba. Seperti ada yang mengatur, pandanganku jatuh pada seorang pria yang sedikit lebih tua dariku, namun ia terlalu muda disebut sebagai kakak dan tidak pantas juga disebut om-om. Yah, umur nanggung lah. Pria itu mengenakan polo-shirt hitam dipadu dengan jeans, dan kejadiannya pun dimulai di sini.

Pria itu berjalan menuju arah deretan mobil. Di tangannya terlihat cukup banyak belanjaan. Seperti bila kau melihat di sinetron atau film2, seorang pria yang membawakan belanjaan pacarnya yang mata duitan atau lelakinya yang terlalu royal menjakan kekasihnya. Ya, cukup banyak bukan? Apalagi sepertinya tas-tas itu bermerk. Tapi ini lain, dia sendirian. Maka terlintaslah di benakku prasangka jahil yang bukan-bukan. ”Wah, cwo metroseksual yang hobi belanja. Suka menghabiskan uang, melewati hari minggu dengan belanja2 gak jelas.” Lalu mulai kupikirkan apa saja yang dia beli (tak terlalu penting untuk kuceritakan). Pria itu masih berjalan dengan santai, tas belanjaan yang banyak itu masih tertenteng di tangannya, ia menekan tombol di kunci mobilnya dan mendekati sebuah (aku tak tahu merk mobil itu) mobil berwarna abu gelap dan ia mencoba membuka pintu belakang. Dan OH ia sedikit terperanjat, pintu itu tak bisa terbuka, sepertinya ia menyadari sesuatu dan itu adalah kenyataan bahwa ia SALAH MOBIL

”Hmmphh...” mataku langsung membelalak kaget melihat kejadian itu. ”Ya ampun,” gumamku. Dan tanpa kuduga, tepat saat tawaku hampir meledak, IA BERBALIK, dan parahnya IA BERBALIK KE ARAHKU. Kurasa itu respon dari rasa paniknya. Berbalik sambil nyengir lebar pura-pura malu, ah mungkin tepatnya untuk menyamarkan rasa malunya. Sialnya pandangan kami bertuburukan. Melihatku yang hampir tertawa dan sudah menutup sebagian mulutku yang menganga, ia sadar aku telah menyaksikan aib kecilnya. Dan taukah kau, tawanya semakin lebar. Ia langsung berbalik, kurasa ia malu sekali. Aku juga langsung memalingkan pandangan berpura2 tak melihat apa-apa, walaupun kutahu itu sia-sia. Ternyata mama yang duduk di depanku juga melihat hal yang sama, dan akhirnya kami terpingkal bersama-sama.

Belum selesai sampai di situ, mama tiba-tiba berkata, ”Oh, ternyata itu tuh mobilnya, emang mirip.” Aku berbalik ingin tahu, dan terlihatlah di sana ia membuka bagasi sebuah mobil bertipe sama dengan warna yang sama pula. Pria itu memasukkan barang-barangnya. Juga tepat saat itu, ia melihat lagi ke arahku. Ia nyengir kuda. Lebar sekali, memperlihatkan deretan giginya. Aku langsung berbalik. Malu kepergok memperhatikannya. Aku tertawa lagi lalu meneguk hot caramel-ku. Sejurus kemudian, lagi-lagi mama ngomong, ”Tuh, tuh dia orangnya, tuh!” Karena kata tuh, aku pikir orang itu berada dekat mobilnya yang cukup jauh dari kami. Jadi aku berbalik dengan santai sambil bersiap tertawa lagi, dan ternyata...orang itu persis berada di seberang jendela tepat di belakangku. YA AMPUN!!! Aku jadi tak enak. Orang itu masih dengan wajah sumbringah nyengir bagai kuda ingin memamerkan gigi. Tak tampak sedikit pun malu tergurat di wajahnya. Sepertinya ia menikmati kejadian memalukan tadi. Oh, ternyata virus Raditya Dika sudah menyebar ke mana-mana, (maaf,, perumpaan yg paling tepat cuma Anda yang gilanya tak terkalahka). Aku berbalik lagi. Kali ini lebih cepat dan lebih salah tingkah. Aku kepergok dua kali. Aku malu... Huh, harusnya kan dia yang malu, kenapa jadi berbalik ke arahku?! Setelah itu aku kembali terbahak-bahak bersama mama.

Belum, belum selesai! Beberapa menit berlalu. Lagi-lagi mama, ”Itu tuh orangnya, ya?” Bodohnya aku berbalik lagi, dan YA, orang itu sepertinya memang ingin melihatku. Ia memandangku sambil NYENGIR lagi. Tak kalah lebar dari tiga kali sebelumnya. YA AMPUN! Aku salah lagi, maafkan aku... Mengapa aku langsung berbalik lagi ketika ia melihatku? Karena pertama, aku malu, ini yang ketiga kalinya! Dan yang kedua, aku takut ia tersinggung karena seperti dilihati terus olehku. Ah, pokomya maafkan aku...!!!
Lalu aku bertanya pada mama, tidak mau melihat sendiri, takut ia masih memandangiku, ”Sama cewek ya, Mah?” Mamah mengangguk enteng, ”Iya.” Pikiranku langsung melayang lagi membayangkan adegan sinetron tadi. ”Tapi ibunya,” lanjut mama. ”Ooooh...” aku langsung ber-ooh panjang. Aku berbalik ingin melihatnya. Seorang ibu berjilbab dan seorang wanita berjalan bersamanya. Kupikir mungkin adik perempuannya, pacarnya, calon istrinya atau mungkin istrinya. Ah, tak penting! Dan untung, ia tidak berbalik lagi ke arahku. Aku lega dan memandangnya sampai hilang di antara orang-orang.

Sungguh kejadian sore yang menyenangkan. Jarang aku mendapati kejadian seperti ini. Bila membaca komik-komik jepang, hal-hal khayalan yang lucu dan manis bisa saja langsung terjadi dan sangat enteng diceritakan. Akhirnya kali ini aku mengalaminya sendiri. Namun biasanya di komik-komik itu akan ada pertemuan berikutnya dan terjalinlah sebuah cerita. Apakah akan ada pertemuan berikutnya antara aku dan si pria salah mobil itu? Apakah sesuatu akan terjadi dan membentuk sebuah cerita? Ah, aku tak tahu.

Untuk orang yang tadi sore bertemu denganku, salam kenal.