Rabu, 23 April 2008

judul itu tak penting

Assalamualaikum...

Hari ini langit tampak cerah. Allah kembali membangunkan umatnya dan kembali menunjukkan keagungan-Nya, membiarkan kita hidup dan menikmati ciptaan-Nya.

Hari ini aku bangun kesiangan, untung belum terlalu terlambat untuk shalat. Seperti yang kubilang, hari ini cerah, hatiku juga cerah. Memang ada kalanya ketika kita bangun pagi lalu langsung merasa senang, entah kenapa. Mungkin pertanda hari ini akan baik. Mungkin itu juga yang namanya good mood. Ada juga kalanya kita bangun pagi dengan perasaan gundah, sedih juga resah. Aku tak tahu juga kenapa bisa begitu. Mungkin itu juga yang namanya bad mood. Ngomong-ngomong sampai beberapa detik yang lalu aku bingung ingin menulis apa. Pokoknya aku ingin menulis. Kalau begitu aku ingin sedikit berbagi tentang potongan-potongan pikiranku pagi ini.

Aku terlambat shalat, aku menyesal sekali. Setiap aku tidur di kamar Mama, azan seakan tidak terdengar. Kenapa ya? Apa tempat tidurnya terlalu empuk? Atau AC-nya yang terlalu sejuk? Ah, aku saja tak tahu apalagi kau. Tapi tidak! Itu tidak bisa dijadikan alasan. Terlambat tetap saja terlambat. Seperti kalau kita terlambat masuk sekolah pasti ada sanksinya. Begitu juga ini. Aku jadi heran. Banyak buku-buku yang mengatakan kalau cinta itu sepatutnya hanya untuk Allah swt., sang Pencipta alam dan seluruh isinya, termasuk kita ini. Tapi masih saja kita menomer-duakan, bahkan menomer-tigakan, empatkan, dan seterusnya. Seperti pagi tadi, terlambat shalat. Aku juga tidak memasang alarm. Aku ingat, ketika ada acara sekolah dan organisasi yang diadakan pagi-pagi sekali. Aku mempersiapkan dari malam. Mulai dari pakaian, tidak boleh terlambat bangun dan lalin-lain. Mengapa itu bisa terasa lebih penting? Mengapa kalau terlambat shalat rasanya biasa-biasa saja? Dan terlambat untuk hal lain rasanya rugi sekali? Pertanyaan-pertanyaan itu jawabannya klise dan sudah bisa diduga. Tapi cobalah menjawabnya sendiri, dengan hati, otak, dan seluruh kemampuan juga boleh. Jawaban klise itu akan terasa dahsyat. Aku tak mau menggurui. Aku juga bukan orang suci. Hanya orang yang baru-baru ini membaca banyak buku pembangun jiwa, atau apalah namanya itu, yang sedang nge-trend sekali sekarang. Ah jangan-jangan kesadaranku ini juga cuma ikut trend?! Naudzubillah...

Begitu juga dengan pakaian. Rasanya kalau mau bertemu pacar harus secantik atau seganteng mungkin. Bertemu orang penting, presiden, pejabat, masya Allah... Gagahnya bukan main. Bandingkan dengan shalat, pakaian apa yang aku dan kau gunakan? Hanya dalaman kaus oblong dan boxer sebelum dibalut dengan mukena. Bahkan kadang aku juga pernah tak mandi sore –apalagi mandi sebelum subuh- lalu shalat subuh. Betapa kotor dan cueknya ketika akan bertemu dengan dzat yang menciptakan kita? Menciptakan...menciptakan... Ibu kita saja yang melahirkan harus dihormati dan dicintai sepenuh hidup (jangan cuma setengah). Kalau Dia, Dia yang menciptakan... Waah, aku baru merasa kata menciptakan itu dahsyat sekali... Apa Harry Potter pernah menciptakan sesuatu dari tongkatnya? Bukankah itu hebat sekali? Apa Voldemort bisa menghancurkan sesuatu dari ujung tongkatnya, seperti mantra ”avadakadavra”? Allah bisa membuat alam porak poranda dalam sekejap, bahkan mungkin bila Ia tak menghendaki kita untuk mengerjap, dunia juga masih bisa porak poranda di depan mata kita. Subhannallah...

Hal kecil. Memang hanya hal kecil. Lain kali aku ingin menulis banyak lagi hal kecil yang bisa membuat aku maupun siapa saja yang membacanya menyadari bahwa kita selalu mulai dari sesuatu yang kecil. Kita tak bisa mencapai sesuatu yang besar jika tidak melewati yang kecil dulu. Maka dari itu jangan remehkan hal kecil, anak kecil, apalagi orang kecil (lho??). Tapi benar, kan?

Aku senang sekali pagi ini. Langit cerah, hatiku juga cerah. Allah kembali membukakan jalan pikiran dan hati hambanya untuk menyadari sesuatu yang besar dari hal yang kecil. Jika suatu saat nanti ternyata kesadaranku hanya mengikuti trend, aku bisa membaca tulisan kecilku ini. Betapa Allah hanya satu-satunya yang berhak mendapat tempat nomer satu di hati.

Wassalam...

0 komentar: