Rabu, 20 Februari 2008

Aku dan Rei

Tak disangka juga, mungkin para orang tua itu sadar ini bukan acara untuk anak-anak. Mungkin jauh di dalam lubuk hatinya mereka hanya ingin supaya ditemani atau yang lebih mulia supaya anaknya –atau keponakan dalam kasus Rei- ikut meraskan makanan2 mewah di restoran berbintang. Memangnya kami sekampungan itu???

Mereka mengizinkan kami untuk jalan di pantai. Kebetulan andalan hotel berbintang tadi adalah letaknya yang dekat pantai juga view laut yang indah. Jadi di sinilah kami sekarang. Berada diantara orang-orang lain yang sedang ramai mengunjungi pantai. Kebanyakan pasangan kekasih karena hari ini adalah malam minggu. Tak bisa disangkal juga kami seperti sepasang kekasih yang bela2in untuk sekadar datang ke pantai tapi pake dandan abis2an.

Kami merasakan hawaa yang lebih alami. Angin cukup kencang bertiup. Aku mendekap tubuhku sendiri. Dingin. Kurasakan Rei menyampirkan jas –yang mirip jaket- ke tubuhku. Aku tertegun, tapi aku berusaha tersenyum dan tentunya berusaha terlihat biasa saja.

“katanya, aku lebih tua setahun darimu. Berarti kamu kelas dua SMA ya?” ”Yap. Berarti kamu kelas 3. Wah, bentar lagi ujian dong?” Dia mengangguk.
”Tapi kan sekarang kita lagi libur, makanya aku liburan ke sini. Bener2 suntuk. Tiap hari belajar ampe kayak orang gila.” ”Liburan ke sini? Jadi kamu gak sekolah di sini?’ ”Oh, ya ampun! Sori, aku belum bilang, aku sekolahnya di Bandung.” Rei tersenyum manis sekali. Sementara aku di sampingmya Cuma manggut2.

Pantai itu indah. Pagi hari, siang, sore, maupun malam seperti ini. Kalau pagi bawaanya sejuk, kalau sore tentunya bisa lihat sunset. Dan kalau malam...banyak sekali lampu dan pantai menjadi tempat yang sangat romantis. Kami berdiri di di anjungan. Menatap laut yang terhampar di depan kami.

0 komentar: